Aek Uluaer dan Saba Bondar Godang

08.17.00 Posted In Siundol Jae Edit This 0 Comments »
Aek Uluaer mengering saat kemarau
  Sungai Aek Uluaer di Siundol Jae, kampungku. menambah kesejukan dan keindahan kampung halamanku itu. tempat pemandian yang bersih, dingin, dan jernih. masa kecil sebagian waktu ku habiskan bersamanya. mandi, mencuci, memancing dan bermain dengannya. tapi yang paling mengasyikkan adalah saat-saat sungai ini besar, pastinya aku dan kawan-kawan kan main Ban Dalam (atau Ban bagian dalam Mobil), batang pisang, jerigen, batang pohon dan benda sejenis sampan lainnya yang mungkin terapung dan di dayung . dan, kami pun hanyut bersama sungai hingga sampai ke Kampung Sebelah, menenteng plastik tempat pakaian, membawa Bontot dan perlengkapan layaknya Tim SAR air.wahh…., kenangan yang tak terlupakan.
Saba Bondar Godang, sawah sekaligus jalan ke pemandian aek uluaer (foto 1 dan 2). fotonya pas habis panen nih !!! foto ini di jepret fotografer lokal, tentunya orang Siundol Jae donk. dan sedangkan yang ada dalam foto ini adalah yang punya kamera, bang Maratua Rambe (depan, dalam foto). foto ini aku dapat dari kirimannya ke Group SIUNDOL SEKITAR di facebook di bulan April 2010 lalu. ketika itu dia pulang dari rantauannya Kota Pahlawan, Surabaya. nah..., aku mau cerita sedikit tentang foto ini. pastinya cerita ini cerita masa kecilku dan kawan2 di lokasi foto. lokasi foto ini namanya Saba Bondar Godang, arti ke Bahasa Indonesia kira-kira adalah Sawah Parit Besar, benar ga ya??? masalahnya bahasa indonesiaku pun agak ke batakan. tapi kurang dan lebihnya aku minta maaf... truss bagaimana sejarah nya hingga dinamakan Saba Bondar Godang ? jawabannya "aku tidak tahu". yang aku tahu hanya menceritakan sedikit tentang dia. di sinilah tempat padi menghijau menguning penduduk Siundol, utamanya Siundol Jae. semasa kecilku, sehabis panen biasanya area ini kami manfaatkan sebagai tempat main layangan, tapi itu dulu di era 90 an. sekarang tradisi yang sangat mengasyikkan itu sudah mulai pudar, bahkan di lupakan generasi anak-anak sekarang. mungkin karena banyaknya koleksi mainan baru dan modern yang membuat mata dan hati mereka berbinar-binar. dulu, bila musim panen tiba, semua orang sibuk mempersiapkan layangan nya. ada yang membuat sendiri melalui karyanya, tapi tak sedikit juga yang membeli layangan jadi atau siap pakai. sedangkan aku tiap musim selalu mencari orang yang mau menempah layangan buat aku, tentunya murah tapi bagus. dan alhamdulillah ada saja orang yang berbaik hati tanpa pamrih, itu bukti dari kejujuran dan rajin nya aku. ap iya ya ??? (perasaan). trus acara nonformal musiman ini selalu saja ramaikan sawah, tak hanya komunitas anak-anak, orang dewasa pun ikut main, tapi tetap saja penontonnya yang lebih banyak. trus bentuk layangan nya pun unik-unik, ada yang mirip burung Merpati, ada yang mirip ikan, mirip orang, bentuk segi empat pun tak pernah absen. ada yang taruhan, tinggian mana, cepat mana melayang, tahanan siapa berlaga. kalau aku santai saja sesuka hati menikmati tiupan angin. tanpa harus lelah mengikuti yang lain. andai saja dulu Camcorder atau Handycam atau jenis kamera lainnya lah aku punya, tentu semuanya akan ku abadikan. tapi sayang kemerdekaan belum seutuhnya masa itu, sehingga sarana teknologi komunikasi pun sangat sulit di dapati. tapi tetap saja asyik. hhhuuuiiii... sejarah yang tidak bisa di lupakan, walau tak sempat di bukukan tapi itu tetap terbayang. 

0 komentar: