Kau Datang Disaat Ku Pulang, hal 1

06.38.00 Posted In Puisi dan Cerpenku Edit This 0 Comments »

Judul Puisi : Akulah Cinta
Oleh            : Idiham Saleh Harahap


Siapa saja memilikinya
Setiap orang mengatakannya
Ia datang dengan sendirinya

Tanpa dipaksa dengan kekerasan
Tanpa diundang dengan kelembutan
Aku tak tahu dari apa ia dijadikan

Yang aku tahu dia ciptaan Tuhan
Dia begitu indah…. sungguh indah….
Tak ada yang mampu melukiskan keindahannya
Aku bertanya kapan ia dilahirkan
Jawabnya sejak lama sebelum engkau ada
Aku tahu ia bersembunyi di dalam tubuhku
Dan aku merasakannya
Aku bertanya kapan ia keluar
Jawabnya sampai datang akhir masa
Sangat sulit mendefinisikannya
Jutaan pakar tak mampu menyimpulkan
Tapi jutaan musisi mudah mendendangkannya
Aku mengontrolnya, tapi tak berhasil
Ia datang dan pergi sesukanya
Kucoba tak menyiramnya
Tapi ia tetap tumbuh subur
Aku bertanya siapa dia
Jawabnya aku rasa bahagia
aku rasa senang..
aku rasa sayang..
aku rasa kasih..
aku rasa rindu..
dan rasa terpikatmu..
Aku bertanya dimana ia berada
Jawabnya dihatimu yang paling dalam
Terakhir aku bertanya “Siapa dirimu sebenarnya ??? ”
Ia pun menjawab “Akulah Cinta !!! ”

 Judul Cerpen : Kau Datang Disaat Ku Pulang
 Oleh                 : Idiham Saleh Harahap

  Baru saja aku keluar dari kelas, seseorang memanggilku dari belakang. karna buru-buru, terus saja ku berjalan tanpa pedulikan dari mana asal suara itu dan siapa pemiliknya. semakin jauh ku berjalan suara itu semakin mendekatiku, sesekali aku mendengar suara detak sepatu yang lari-lari kecil mengejarku. dari detak sepatu itu, sepertinya dia seorang gadis. saat turun tangga aku berhenti dan menunggunya.  sekali lagi dia memanggilku, tapi panggilan ini berbeda dengan sebelumnya, lembut dan sopan. aku belum melihat wajahnya dengan jelas, tapi dia semakin dekat, menujuku.
 "Kak Anju" ucapnya.
 "Ya" jawabku. tanpa menunggu pertanyaan keluar dari bibirku, dengan lembut dia memotong kata-kata ku.
 "Nanti kan kak Anju pulang kampung, Nindy gak ada kawan, semuanya sudah pulang duluan."
 "Aaa.." belum sempat ku melanjutkan dia sudah memotong lagi.
 "Maksud Nindy, Nindy pulang sama kak Anju, kalau kak Anju nya juga gak keberatan."
 "Mm.., boleh"
 "O ya, ngomong-ngomong kak Anju sudah ambil tiket ?, kalau belum biar sekalian Nindy ambil sama tiket Nindy"
 "Oo.., belum"
 "Kalau gitu nanti Nindy ambil untuk kakak. o ya kak, Nindy tunggu di loket jam tujuh malam nanti. Nindy duluan kak, masih banyak yang harus disiapkan." tutupnya lalu pergi. sambil beranjak aku hanya bisa mengiyakan.
 "Ya"
  Hari ini adalah hari terakhir ujian di kampus kami, aku merasa lega bisa menjawab semua soal dari hari pertama hingga hari ini. walau tidak bisa ku pastikan bahwa 85% nya adalah benar, tapi kuyakin berkat kerja keras serta doaku 70% nya itu benar. akhirnya setelah satu tahun bergelut dengan buku, tepatnya di semester III dan IV ini, setelah lelah tiap hari persentase dan berdebat adu argumentasi dengan kawan-kawan dan dosen, hari ini aku harus pulang ke kampung untuk mencurahkan rasa rinduku pada Ayah dan Ibu yang selalu mendoakanku disini, agar kelak menjadi manusia yang berguna bagi manusia lainnya, berguna bagi bangsa dan negara, terutama bagi keluarga. ya, "terutama bagi keluarga", begitu kata Ayah disetiap keberangkatanku dari kampung menuju Medan, di loket bus di Sibuhuan. aku jadi ingat mereka, ingat nasihat-nasihat mereka. tanpa kusadari mataku sudah berkaca-kaca, hatiku iba dengan semuanya, dengan diriku dan keluargaku disana. dalam hati ku berdo'a agar apa yang kucita-citakan dan didambakan mereka terkabul dengan indahnya kelak, amiin...doaku, masih dalam hati.
  Aku memasukkan tangan ke kantong kemejaku, kutarik sepucuk sapu tangan cokelat yang terlipat rapi dan menyapu kaca-kaca cair yang menandakan aku sedang menangis itu. terus berjalan, terus ku berusaha mengeringkannya, tanpa terasa aku sudah di mulut pintu keluar masuk kampus. sekarang aku berhadapan dengan angkot-angkot yang hilir mudik menanti penumpangnya, sebagian ada yang parkir dekat trotoar. tapi aku melihat kesana kemari angkot yang kumaksud tak ada. setelah menunggu beberapa menit, akhirnya angkot kuning itu muncul juga dengan beberap penumpang. ku stop, masuk, dan duduk tepat dibelakang pak sopir. angkot pun melaju sesuai jurusannya.
  Di dalam angkot aku teringat Nindy, gadis yang menemuiku tadi, pertemuan yang lumanya lucu, gumamku dalam hati. aku tidak mengenalnya, tapi darimana dia bisa mengenalku ? kucoba mengumpulkan semua ingatanku, tapi tak satu pun file yang menyimpan folder berwajah Nindy di kepalaku, apa lagi tentang orangnya. tadi lah pertama kali aku bertemu dengannya, tapi sudahlah, itu tidak penting di fikirkan, toh nanti bakalan ketemu lagi. yang penting dari pertemuan itu aku menilai dari busana, bahasa dan tutur katanya dia orang yang baik, sopan. dan satu lagi saat ku menatap wajahnya, ternyata dia gadis yang begitu manis. kalau boleh, aku jatuh cinta padanya.
  Deru mesin angkot yang kutumpangi seakan menandingi rasa rinduku yang menggebu. rasanya ingin secepatnya ku sampai dirumah, memeluk erat Ayah dan Ibu, dan makan bersama. beberapa jam lagi aku sudah sampai disana. tunggu kedatanganku Ayah, Ibu.
  Beberapa menit lagi aku turun, setelah melewati pajak sore ini di depan ada kios phone, tepat disamping nya adalah Gg.Pelajar. dan kira-kira lima rumah dari mulut gang ada rumah berpagar papan bercat kuning, itulah kos-kosan ku. di gang itu cuma kos-kosan ku itulah rumah yang bercat kuning, sangat mudah tuk ditemukan karna tak ada yang lain. kecuali ada yang menyamakan cat rumahnya dengan kos-kosan ku itu.
  Tepat dimuka gang angkot pun berhenti setelah kutekan tombol merah yang berfungsi sebagai bel yang ada di atap angkot. ku bayar ongkos, aku pun berjalan menuju kos-kosan. sampai disana kutemui Syarif  sedang sibuk mengurusi pakaian dan kopernya. dia kawan dekatku sekaligus seangkatan di kampus. namun kami berbeda fakultas, dia di fakultas ushuluddin mengambil jurusan filsafat politik. ya, sama seperti jurusannya itu kesehariannya juga sibuk di politik, bergumul di organisasi ekstra kampus yang rata-rata didominasi kaum elit politik. mudah-mudahan kelak ia menjadi politisi yang memiliki dan menjaga nilai etik politik. sedang aku, aku lebih suka menghitung uang belanjaanku, mencari tau perusahaan-perusahaan mana yang mampu menghasilkan pendapatan yang maksimal dengan modal yang minimal, lebih banyak menghitung uang orang daripada uang pribadi. bisa diterka kalau jurusanku ini adalah akuntansi, dan di kampus jurusan ini ada di fakultas syari'ah.(bersambung ke hal 2).

0 komentar: