Noto hal 2
22.17.00 Edit This
Aku tau dulu perasaan itu indah. seperti taman bunga yang mengalir air di tengahnya, aneka kupu-kupu berterbangan dan hinggap diatas daun-daunnya. atau seperti bulan yang dipagari bintang-bintang, berkedip mempesona. sekarang perasaan itu sudah lenyap, hilang tak tentu rimbanya, dan aku tak berharap begini. mungkin hatimu bukan milikku, atau mungkin di hatimu tak cukup hanya aku. kini semakin terbukti bahwa cintamu semakin berkurang padaku. bilang jika lelah !, biar perjalanan kita cukup sampai disini. bilang jika bosan dengan cintaku yang begitu-begitu saja, yang tak ada istimewanya. beberapa pesan yang kukirim kau abaikan, tak bergunakah itu ?.
(17 Juni 2011, Jam 21:16)
Sore ini aku berusaha hancurkan perasaanku padamu hingga berkeping-keping, dan membiarkannya diterpa angin. karna tak ada lagi gunaku disisimu, apalagi dihatimu. kini aku sudah tak kau anggap. angin terus menerpa, semakin kencang roda dua yang kupacu semakin kencang pula perasaan itu keluar dari tubuhku. yang masuk kedalam benakku hanyalah lambaian senja yang hendak pulang.
(19 Juni 2011, Jam 17:15)
Hari ini aku tak kemana-mana, sama seperti pikiranku yang tak sibuk lagi memikirkanmu. memang aku sedang sepi, tapi tak berharap ditemani bayanganmu, gitar ini saja sudah cukup menghiburku. walau semua nada bertajuk rindu, tapi itu bukan untukmu. yang kurindu adalah gadis manja yang setia disampingku, yang mau mendengar canda, keluh dan tangisan hatiku. dan kuharap ia tak sebaik kamu, yang menawarkan manisnya cinta, tapi cuma diawal dan sesaat saja.
(20 Juni 2011, Jam 23:44)
Baru saja aku buka facebook, disana ada tiga belas pemberitahuan baru. sebagian dari itu adalah komentarmu, komentarmu di status ecek-ecek itu. kenapa aku bilang status ecek-ecek ? karna status itu bukan untuk apa-apa dan bukan untuk siapa-siapa. hanya untuk memancing komentar orang saja( itulah tujuan dan alasan pembuatannya). tapi aku sangat menyesal membuatnya jika itu membuatmu tersinggung. namun aku minta maaf. sekali lagi status itu tak ada maksudnya untukmu (sayangku).
Kamu terus-terusan bersikeras menyalahkan aku, aku terima aku salah. tapi maafkan sikapku di dunia maya itu, aku mohon percayalah kalau semua itu hanya tulisan, dan fikiranku disana berbeda dengan dunia kita bercinta. kalau boleh aku bilang 55 % hidupku disana bertajuk khayalan. nyatanya aku tak persis seperti perasangkamu itu. kalau inginku, kujelaskan masalah itu dengan empat mata, bukan dibelakang atau dibawah komentar-komentarmu itu. maukah kamu mendengarkanku ? bisakah kau percayai aku ? berubah kah hatimu setelah melihat status ecek-ecek itu ? jawablah jika aku masih ada dihatimu. jujurlah dengan perasaanmu. aku harap kau masih au bersamaku.
(21 Juni 2011, Jam 22:15)
Kau tau ?, akibat dari komentar-komentarmu tadi malam itu semalaman aku resah, sebelum tidur, sampai tidur aku masih resah. tak terkecuali juga pagi ini, masih resah. yang kuresahkan adalah bilamana gara-gara status itu berubah padaku, kau pergi tinggalkan aku, aku tak mau jika itu yang kan menimpaku. aku masih sayang padamu, kurasa kau juga tau.
Agar kau tau banyak status baru yang ingin ku tulis di dindingku untuk menghapus dan menggantikan status bodoh itu. dan yang pasti status itu berbau keindahan, ya..keindahan, keindahan cintaku padamu. bila perlu aku akan berusaha jadi puitisi yang bisa menghanyutkan kesalahanku padamu, semanis dan seromantis mungkin. tapi yang lebih aku harapkan adalah kata maaf berbalut senyuman dari bibirmu, untukku yang telah membuatmu tersinggung.
(22 Juni 2011, Jam 11:52)
Kamu bilang aku diamin kamu, tapi kamu juga begitu. kamu minta jawaban dari semua itu, aku pikir aku punya alasan buatmu, dan itu alasan yang jelas. disaat pesanmu muncul di kotak chat facebook ku malam ini, sepertinya kamu ingin aku bilang bagaimana perasaanku sekarang ke kamu. ku minta kau tunggu aku di simpang itu, tepat di ujung gang menuju rumahmu, beberapa menit lagi aku kesana untuk semua itu, untuk semua yang kau ragukan dariku. tapi kamu menolak kesempatan yang telah ku tuang tadi, dan kamu bilang kamu yang akan menunggu di malam berikutnya, tepat sesuai perjanjian kita, tempat dan waktu yang sama. namun aku sedikit kecewa, karna aku sudah menyiapkan argumen-argumen penting yang ingin ku bahas bersamamu, mengenai perjalanan kita, mengenai diarymu dan diaryku yang selalu di isi tulisan-tulisan bermakna dan bernafas cinta. tapi kamu tak bisa menyalahkan waktu yang tak bisa menerima tamu dimalam ini. tamu istimewanya, aku dan kamu.
(04 Juli 2011, Jam 20:04)
Aku tepati janjiku, sehabis magrib katamu. tapi aku tak melihat hidung pesekmu di ujung gang ini. aku sudah disini, menunggumu. sehabis sholat tadi mataku juga sudah kehilanganmu disini, pertama ku mengira kau lari dari jawabanku, akhirnya aku melamun di depan nasi makan malamku. baru aku percaya kalau kamu tepati janjimu setelah si dia, kawanku membuka sms darimu, katamu di depan gerbang, apa maksudmu ?. yang kutau disitu cuma pintu keluar masuk, kadang kupakai untuk merenung, berdiri, jongkok dan menari-narikan bulu mataku. aku tau itu bukan tempat untuk bertemu antara dua insan yang sedang bercinta, kamu tidak akan sanggup berdiri disitu seperti biasanya aku. terakhir aku keluar dan menyambutmu di ujung gang itu, di pinggir jalan itu kurang sopan, apa lagi bertahan pada kaki. trus aku membawamu ke bawah pohon mangga yang mulai habis buahnya, milik temanmu, dan kita berada di pekarangan rumahnya, duduk tanpa izin di bangku kayu yang bersandar ke pohon itu. aku minta maaf soal kediaman dan status bodohku. aku hanya bilang ingin setia, diatas rumput itu kau mendengar bibirku berkata kalau cuma kamu dihatiku, tak ada yang kedua. kamu memang mengiyakan semua yang kubilang, tapi kamu asyik bercanda dengan rumput-rumput itu, menebar senyum padanya. sedang aku berharap tatapan matamu. juga memang sesekali kau lihat bibir tebalku yang menghujani telinga hatimu, tapi berakhir disapu kerutan dahimu. aku minta kamu keluarkan saja seluruh isi hatimu, yang manis dan yang pahit itu tetap saja akan ku telan. tak ada beda rasanya bagiku kalau itu baik untukmu. kuantar pulang saja kamu sampai di ujung gang tadi, walau apa-apa yang perlu kita bicarakan tak sanggup di bendung waktu. tapi aku bisa pulang setengah senang.
(05 Juli 2011, Jam 22:36)
Kini aku heran dengan jalan fikiranmu, dengan lembah hatimu, juga dengan alis mu yang berubah ramah saat di sampingku. tapi status mu hantui perasaanku pagi ini, setelah tadi malam kau ku antar pulang, ternyata habis itu kamu menulis sesuatu untukku, tepat di dinding facebookmu. disitu tertera kata bosan, namun aku tau kata yang membuntuti nya hanya untuk menyelimuti keburukan kata yang diatas . saat aku meminta jawamu tentang itu, kamu bilang itu tak ada artinya. trus malam ini, malam ketiga kalinya ku ingin menjumpaimu, dan ku harap kamu bisa ungkapkan apa yang kamu rasakan, tak berbeda denga tulisan itu. kamu menolak dengan jawaban yang manis, yang sehingga bisa ku terima denga lapang, dan mengatakan hal yang sama, kalau itu tak ada artinya.
(06 Juli 2011, Jam 09:37)
Tadi malam aku ada disamping rumahmu, beli sop untuk makan malam. mataku kecarian di sekitar warung bakso itu, tapi aku tak melihat tarian rambutmu sedetik pun. yang kudapat dari sana cuma semangkok sop, o iya, satu lagi, kawanmu si Nurul itu melintas di atas pipiku, tapi tak sempat kusapa.
Pagi tadi aku masih disana, beberapa jam duduk di depan rumah, berharap kamu lewat de depanku. sampai siang aku masih disana juga, masih berharap. siangnya aku diantar si dia, kawan kita (aku bilang kawan, aku tak tau kamu bilang apa dia) ke serdang. trus pulang. sekarang aku dirumah, baru sampe aku uda pengen kesana lagi, seakan-akan aku ini sebuah besi yang ditarik magnet-magnet kerinduan, dan magnetnya itu kamu sendiri. aku juga lihat kamu online malam ini, tapi biarlah mungkin kamu sibuk mengerjakan tugas sekolah atau sibuk chat dengan teman-temanmu.
(07 Juli 2011, Jam 20:55)
Pagi tadi sekitar jam sembilan aku lewat dari samping rumahmu. mataku tak sempat menatap pintu rumahmu, hanya lewat begitu saja. aku kesana mau ngambil gitarku, kalau aku kesepian atau kalau kamu tak ada di sampingku, dialah yang menghiburku. sorry jika aku membagi cintaku padanya.
Aku pulang juga dari samping rumahmu, kali ini aku menengok, tapi hanya kegelapan yang kutemukan di dalam rumahmu. ku gendong gitarku, dengan perlahan kuda merahku keluar dari gang yang mungil itu.
Sepertinya malam ini ada yang berubah, dan sepertinya sesal-sesal mu sudah terbang di tiup angin kebahagiaan. namun aku tak tahu wajah angin kebahagiaan yang bagaimana yang meniupnya. tapi heran, aku juga ikut-ikutan bahagia, seakan kata-katamu yang kemarin sudah tak bergema lagi di gendang telingaku. aku tak mengerti dengan itu, tapi aku senyum saja mendengarnya, karna aku tau kamu tak akan mengatakan hal yang membuat hatiku tergores, apalagi sempat berdarah.
(08 Juli 2011, Jam 22: 06)
(17 Juni 2011, Jam 21:16)
Sore ini aku berusaha hancurkan perasaanku padamu hingga berkeping-keping, dan membiarkannya diterpa angin. karna tak ada lagi gunaku disisimu, apalagi dihatimu. kini aku sudah tak kau anggap. angin terus menerpa, semakin kencang roda dua yang kupacu semakin kencang pula perasaan itu keluar dari tubuhku. yang masuk kedalam benakku hanyalah lambaian senja yang hendak pulang.
(19 Juni 2011, Jam 17:15)
Hari ini aku tak kemana-mana, sama seperti pikiranku yang tak sibuk lagi memikirkanmu. memang aku sedang sepi, tapi tak berharap ditemani bayanganmu, gitar ini saja sudah cukup menghiburku. walau semua nada bertajuk rindu, tapi itu bukan untukmu. yang kurindu adalah gadis manja yang setia disampingku, yang mau mendengar canda, keluh dan tangisan hatiku. dan kuharap ia tak sebaik kamu, yang menawarkan manisnya cinta, tapi cuma diawal dan sesaat saja.
(20 Juni 2011, Jam 23:44)
Baru saja aku buka facebook, disana ada tiga belas pemberitahuan baru. sebagian dari itu adalah komentarmu, komentarmu di status ecek-ecek itu. kenapa aku bilang status ecek-ecek ? karna status itu bukan untuk apa-apa dan bukan untuk siapa-siapa. hanya untuk memancing komentar orang saja( itulah tujuan dan alasan pembuatannya). tapi aku sangat menyesal membuatnya jika itu membuatmu tersinggung. namun aku minta maaf. sekali lagi status itu tak ada maksudnya untukmu (sayangku).
Kamu terus-terusan bersikeras menyalahkan aku, aku terima aku salah. tapi maafkan sikapku di dunia maya itu, aku mohon percayalah kalau semua itu hanya tulisan, dan fikiranku disana berbeda dengan dunia kita bercinta. kalau boleh aku bilang 55 % hidupku disana bertajuk khayalan. nyatanya aku tak persis seperti perasangkamu itu. kalau inginku, kujelaskan masalah itu dengan empat mata, bukan dibelakang atau dibawah komentar-komentarmu itu. maukah kamu mendengarkanku ? bisakah kau percayai aku ? berubah kah hatimu setelah melihat status ecek-ecek itu ? jawablah jika aku masih ada dihatimu. jujurlah dengan perasaanmu. aku harap kau masih au bersamaku.
(21 Juni 2011, Jam 22:15)
Kau tau ?, akibat dari komentar-komentarmu tadi malam itu semalaman aku resah, sebelum tidur, sampai tidur aku masih resah. tak terkecuali juga pagi ini, masih resah. yang kuresahkan adalah bilamana gara-gara status itu berubah padaku, kau pergi tinggalkan aku, aku tak mau jika itu yang kan menimpaku. aku masih sayang padamu, kurasa kau juga tau.
Agar kau tau banyak status baru yang ingin ku tulis di dindingku untuk menghapus dan menggantikan status bodoh itu. dan yang pasti status itu berbau keindahan, ya..keindahan, keindahan cintaku padamu. bila perlu aku akan berusaha jadi puitisi yang bisa menghanyutkan kesalahanku padamu, semanis dan seromantis mungkin. tapi yang lebih aku harapkan adalah kata maaf berbalut senyuman dari bibirmu, untukku yang telah membuatmu tersinggung.
(22 Juni 2011, Jam 11:52)
Kamu bilang aku diamin kamu, tapi kamu juga begitu. kamu minta jawaban dari semua itu, aku pikir aku punya alasan buatmu, dan itu alasan yang jelas. disaat pesanmu muncul di kotak chat facebook ku malam ini, sepertinya kamu ingin aku bilang bagaimana perasaanku sekarang ke kamu. ku minta kau tunggu aku di simpang itu, tepat di ujung gang menuju rumahmu, beberapa menit lagi aku kesana untuk semua itu, untuk semua yang kau ragukan dariku. tapi kamu menolak kesempatan yang telah ku tuang tadi, dan kamu bilang kamu yang akan menunggu di malam berikutnya, tepat sesuai perjanjian kita, tempat dan waktu yang sama. namun aku sedikit kecewa, karna aku sudah menyiapkan argumen-argumen penting yang ingin ku bahas bersamamu, mengenai perjalanan kita, mengenai diarymu dan diaryku yang selalu di isi tulisan-tulisan bermakna dan bernafas cinta. tapi kamu tak bisa menyalahkan waktu yang tak bisa menerima tamu dimalam ini. tamu istimewanya, aku dan kamu.
(04 Juli 2011, Jam 20:04)
Aku tepati janjiku, sehabis magrib katamu. tapi aku tak melihat hidung pesekmu di ujung gang ini. aku sudah disini, menunggumu. sehabis sholat tadi mataku juga sudah kehilanganmu disini, pertama ku mengira kau lari dari jawabanku, akhirnya aku melamun di depan nasi makan malamku. baru aku percaya kalau kamu tepati janjimu setelah si dia, kawanku membuka sms darimu, katamu di depan gerbang, apa maksudmu ?. yang kutau disitu cuma pintu keluar masuk, kadang kupakai untuk merenung, berdiri, jongkok dan menari-narikan bulu mataku. aku tau itu bukan tempat untuk bertemu antara dua insan yang sedang bercinta, kamu tidak akan sanggup berdiri disitu seperti biasanya aku. terakhir aku keluar dan menyambutmu di ujung gang itu, di pinggir jalan itu kurang sopan, apa lagi bertahan pada kaki. trus aku membawamu ke bawah pohon mangga yang mulai habis buahnya, milik temanmu, dan kita berada di pekarangan rumahnya, duduk tanpa izin di bangku kayu yang bersandar ke pohon itu. aku minta maaf soal kediaman dan status bodohku. aku hanya bilang ingin setia, diatas rumput itu kau mendengar bibirku berkata kalau cuma kamu dihatiku, tak ada yang kedua. kamu memang mengiyakan semua yang kubilang, tapi kamu asyik bercanda dengan rumput-rumput itu, menebar senyum padanya. sedang aku berharap tatapan matamu. juga memang sesekali kau lihat bibir tebalku yang menghujani telinga hatimu, tapi berakhir disapu kerutan dahimu. aku minta kamu keluarkan saja seluruh isi hatimu, yang manis dan yang pahit itu tetap saja akan ku telan. tak ada beda rasanya bagiku kalau itu baik untukmu. kuantar pulang saja kamu sampai di ujung gang tadi, walau apa-apa yang perlu kita bicarakan tak sanggup di bendung waktu. tapi aku bisa pulang setengah senang.
(05 Juli 2011, Jam 22:36)
Kini aku heran dengan jalan fikiranmu, dengan lembah hatimu, juga dengan alis mu yang berubah ramah saat di sampingku. tapi status mu hantui perasaanku pagi ini, setelah tadi malam kau ku antar pulang, ternyata habis itu kamu menulis sesuatu untukku, tepat di dinding facebookmu. disitu tertera kata bosan, namun aku tau kata yang membuntuti nya hanya untuk menyelimuti keburukan kata yang diatas . saat aku meminta jawamu tentang itu, kamu bilang itu tak ada artinya. trus malam ini, malam ketiga kalinya ku ingin menjumpaimu, dan ku harap kamu bisa ungkapkan apa yang kamu rasakan, tak berbeda denga tulisan itu. kamu menolak dengan jawaban yang manis, yang sehingga bisa ku terima denga lapang, dan mengatakan hal yang sama, kalau itu tak ada artinya.
(06 Juli 2011, Jam 09:37)
Tadi malam aku ada disamping rumahmu, beli sop untuk makan malam. mataku kecarian di sekitar warung bakso itu, tapi aku tak melihat tarian rambutmu sedetik pun. yang kudapat dari sana cuma semangkok sop, o iya, satu lagi, kawanmu si Nurul itu melintas di atas pipiku, tapi tak sempat kusapa.
Pagi tadi aku masih disana, beberapa jam duduk di depan rumah, berharap kamu lewat de depanku. sampai siang aku masih disana juga, masih berharap. siangnya aku diantar si dia, kawan kita (aku bilang kawan, aku tak tau kamu bilang apa dia) ke serdang. trus pulang. sekarang aku dirumah, baru sampe aku uda pengen kesana lagi, seakan-akan aku ini sebuah besi yang ditarik magnet-magnet kerinduan, dan magnetnya itu kamu sendiri. aku juga lihat kamu online malam ini, tapi biarlah mungkin kamu sibuk mengerjakan tugas sekolah atau sibuk chat dengan teman-temanmu.
(07 Juli 2011, Jam 20:55)
Pagi tadi sekitar jam sembilan aku lewat dari samping rumahmu. mataku tak sempat menatap pintu rumahmu, hanya lewat begitu saja. aku kesana mau ngambil gitarku, kalau aku kesepian atau kalau kamu tak ada di sampingku, dialah yang menghiburku. sorry jika aku membagi cintaku padanya.
Aku pulang juga dari samping rumahmu, kali ini aku menengok, tapi hanya kegelapan yang kutemukan di dalam rumahmu. ku gendong gitarku, dengan perlahan kuda merahku keluar dari gang yang mungil itu.
Sepertinya malam ini ada yang berubah, dan sepertinya sesal-sesal mu sudah terbang di tiup angin kebahagiaan. namun aku tak tahu wajah angin kebahagiaan yang bagaimana yang meniupnya. tapi heran, aku juga ikut-ikutan bahagia, seakan kata-katamu yang kemarin sudah tak bergema lagi di gendang telingaku. aku tak mengerti dengan itu, tapi aku senyum saja mendengarnya, karna aku tau kamu tak akan mengatakan hal yang membuat hatiku tergores, apalagi sempat berdarah.
(08 Juli 2011, Jam 22: 06)