Noto hal 7

05.15.00 Edit This
Kemarin malam aku melihatmu keluar dari masjid saat aku berniat mau sholat disitu. Tapi secepatnya kubatalkan niat itu karena dua hal. Pertama, karena sholat berjama’ah sudah tidak kudapat lagi. Kedua, karena aku tidak ingin melihat wajahmu. Saat itu kau keluar lewat pintu pagar bawah menara, dan aku datang dari arah pelita satu, dan tanpa sengaja melihatmu. Lagi karena alas an kedua tadi, secepatnya aku memutar arah yang seharusnya lurus mengikuti gang tangga batu jadi ke gang pelajar. Walau memakan waktu dan membuat jarak jadi jauh untuk sampai ke rumah Kiky (tempat ku mengajar mengaji), tapi bagiku itu lebih dekat ketimbang lewat disampingmu menyisakan kenangan yang dalam buatmu. Semoga kamu mengerti bahasa bisu ku ini.
(21 Oktober 2011, Jam 21:24)
Kau memang wanita yang tidak tahu diri, tidak punya malu. Kau anggap apa aku ini? Seenaknya saja kau meminta di bawa jalan-jalan. Kita sudah tidak lama berhubungan. Baik secara fisik maupun lewat alat telekomunikasi lainnya. Apa kau tidak merasa silau atau bodoh nantinya bila keinginanmu itu kupenuhi? Nyaman duduk di belakangku? Tentu kau tidak akan sanggup membisu selama satu jam lebih sambil menari-narikan bulu matamu mengawasi gerak-gerikku. Dan aku tidak akan mengeluarkan satu kata manis pun untukmu, karena aku tidak menyayangimu lagi. Dan ini hanya sebuah simpatisan, bila terjadi. Terakhir penilaianku untukmu : kau wanita yang bertipe rendah, manis, pandai bergaya, dan gaul. Tapi bagiku, manis, gaya, dan gaul itu nomor empat. Kalau aku tega, sebenarnya aku ingin mengatakan bahwa kamu sok cantik dan sok pandai bergaya.
(21 Oktober 2011, Jam 22:46)
Aku tidak ingin bersifat boros lagi. Dan kuharap inilah yang terakhir kalinya  aku menyia-nyiakan asset masa depanku itu. Aku tidak ingin nantinya menjadi satu penyesalan yang dalam, yang akhirnya menjadi satu duka dalam keluargaku kelak. Begitu juga dengan pola hidupku. Ku berjanji mulai sekarang aku harus benar-benar disiplin, kreatif dan sungguh-sungguh dalam semua hal. Baik masalah asa dan cita-cita begitu pun masalah akhirat.
Kadang aku hanyut oleh perasaan buruk sangka ke kakak. Yang mengira bahwa ia terbebani oleh kehadiranku, yang notabene nya tidak mempunyai masukan, malah membuat banyak pengeluaran, dan taunya Cuma meminta kea bang. Aku pun sebenarnya bukan orang yang suka meminta-minta. Kalau tidak penting aku juga tidak pernah meminta. Yang kupinta hanya seperlunya saja, seperti ongkos ke kampus atau uang bensin (bila naik kereta), itu saja.
Pagi tadi sepertinya kakak mengeluh. Tapi aku tidak tahu jelas apa yang dia keluhkan, setengah jelas yang kudengar masalah keuangan. Pasalnya abang bilang “kalau sekarang begini adanya, ya begini lah dulu dik. Kan tidak selamanya sulit? Susah senang itu berganti”. Dan dari situlah timbul prasangka buruk tadi. Apa mungkin karena aku biaya hidup mereka jadi bertambah atau yang semestinya cukup untuk mereka menjadi kurang. Dari situ kontan pula ada rasa ingin pergiku dari rumah ini, sehingga mereka tidak terbebani. Tapi ini kucukupkan dalam hati saja, tak perlu aku bercurhat atau membisikkannya. (aku di dalam kamar).
(22 Oktober 2011, Jam 11:20)
Tadi aku diajak si Usman untuk menjenguk adiknya di Rumah sakit H.Adam Malik sana. Permintaanya itu aku iyakan setelah mendapat izin dari bosnya, bang Arman. Sebelum ke R.S. Adam Malik kami ke kolam renang Unimed dulu. Mengantarkan STNK kereta untuk kawannya Putri, entah siapa namanya dan aku pun tidak ikut menjumpainya termasuk putri sewaktu usman mengasihkan STNK tadi. Aku mengumpat di balik tembok. Menuju ke sana kami lewat jalan potongan, singgah di Simpang Limun mengambil helm hingga sampai disana. Pulangnya kami sudah magrib. hal yang ku hinder-hindarkan akhirnya terjadi juga, si usman membawaku ke depan rumah putri. Wlau hanya untuk mengabil STNK yang di pinjamkannya tadi, tak sekedip pun aku ingin menatap mukanya putri. Aku diam saja.
(11 November 2011, Jam 20: 43)
Lagi, tadi aku diajak si Usman ke RS Adam Malik. Kali ini mengantarkan keretanya untuk dibawa orang tuanya pulang. Adiknya pun sudah bisa pulang dari Rumah Sakit. Agar waktu nya cepat dan tepat bang Arman membolehkan Mionya kubawa. Aku senang mengendarai kereta matic itu, asyik. Sepulangnya aku tidur. Belum lama aku di tempat tidur, si Usman sudah membanguni ku. Katanya di panggil bang Arman. Akhirnya alamat membongkar lemari ke Jalan Mustafa jadi juga. Setelah kecapaian, pukul 06 lah kami balik dari sana. Aku mandi di rumah Kiky dan sekarang sedang asyik mengetik.
(12 November 2011, Jam 20:34)
Kami (aku, si Ruslan, Kiky sama bang Ewin) pergi ke Binjai mau menanam benih pohon durian di ladang milik bang Ewin. Sesampainya disana kami hanya bisa menanam dua batang benih durian karena tanahnya sudah dipadati pohon rambutan. Setelah selesai menanam ke dua benih durian tersebut, kami (aku dan Ruslan) mencangkul bedengan ubi jalar milik penjaga ladang bang ewin itu. Alhamdulilah kami mendapatkan satu karung beras berkapasitas 10 kg. selebih dari dua benih durian tadi kami bawa pulang ke rumah dan menanam sebagiannya di belakang rumah, yakni empat benih mangga serta satu benih lengkeng. Satu mangga dan satu lengkeng lagi di tanam bang Aping di depan rumahnya.
Ketika aku dan ruslan sedang asyik menggali lobang di belakang rumah, dengan keramahan putri atika datang, dia bilang si Putri kawannya itu lagi di depan rumahnya, dan sedang duduk manis disitu. Dengan sedikit bercanda aku bilang putri sedang mempromosikan kawannya itu.
(13 November 2011, Jam 21:55)
Hari ini aku masih di rumah Kiky, menemani dia yang sedang kurang sehat. Seteleh bang Ewin berangkat ke kantor sekitar pukul 09 tadi, aku dan Kiky cuma dirumah saja, menonton.
Sekitar pukul 14 aku tidur di kamar ruslan, di belakang. Aku bangun sebelum adzan asar berkumandang. Sore tadi aku dan ruslan sibuk mencabut rumput di depan garasi. Sesiap dari sana aku di suruh bang Aping memotongi cabang-cabang pohon di pinggir jalan di depan pagar rumahnya. Dengan senang hati aku melakukan pekerjaan yang sudah biasa kulakukan itu di kampong. Tak lama berselang, magrib pun tiba, aku masuk rumah, mandi dan sholat.
(14 November 2011, Jam 21:20)
Malam ini kamu datang ke rumah teman dekatmu itu. Aku mendengar kau ada diluar, namun tak sedikitpun mengundang hasratku untuk menemuimu, terlebih menyapamu tentang perasaan yang kau punya. Aku asyik menonton pertandingan sepak bola semi final SEA GAMES antara tim garuda muda melawan Vietnam, sendiri. Sehabis nya waktu kuperlukan untuk main gitar, tapi aku sendiri, karenanya aku pergi ke rumah depan. Semua nada gitar itu tak beraturan, tidak satu lagu pun tamat dengan baik dari mulutku. Ketika suntuk mulai tumbuh, aku memainkan bola bulu tangkis itu dengan reket yang hamper rapuh, tapi karena aku sendiri aku bisa senang memainkannya.
Kamu dan teman dekatmu itu datang dan duduk di atas lesehan bamboo yang kami buat bersama itu. Diantara waktu yang kau sanggupi disitu kau memutar lagu kesayanganmu, lagu yang pernah kau bilang pedih, dan tercipta untukmu. Tapi itu jelas untukku seperti yang kau mau aku menatapmu lewat sentuhan lantunan lagu itu. sudah kedua kalinya kau putar lagu ini.Tapi aku tidak pedih walau aku sendiri. Aku yakin kau menyesal walau sedikit, tapi tetap saja yang sedikit itu sangat membekasi hatimu.
(19 November 2011, Jam 00:07)
Ini adalah kedua hari aku menjual susu, ini satu langkah kemandirian yang perlu ku asah sampai usia tua nanti. Agar anak-anakku juga bisa seperti itu, bisa mandiri walau dengan sedikit bantuan. Melalui pekerjaan ini cukup melelahkan, pun berkisar dua jam. Alhamdulilah di dalam dua hari ini cukup lancer, dan semoga ke hari berikutnya. 22 bungkus dari yang kubawa 4 diantaranya ku jual ke kawanku, sekedar promosi. Dan selebihnya alhamdulilah terjual di jalan.
Dari jam setengah sebelas tadi aku sudah di Pelita II. Seterusnya kami gotong royong meninggikan jalan masuk ke rumah bang Aping sampai dengan selesainya. Jam setengah tiga sore aku dan Usman menjemput gallon ke jalan Krakatau. Dan sepulang dari sana aku memanjakan mata dan tubuhku ini diatas kasur empuk rumah Kak Ninin, disamping rumahnya bang Arman. Dan aku bangun sehabis sholat asar, mandi, makan, menjemput sepeda Rapik ke Pasar III jalan Rakyat, menempelkan ban keretaku yang bocor, mengantar aqua yang di jemput tadi. Dan sekarang sedang asyik mendengarkan music.
(20 November 2011, Jam 19:00)
Di rumah ada pengajian mala mini, wirid dwimingguan dari organisasi daerah. Aku disuruh menjemput Suhardi dan Wirda. Sesampainya aku menyalami kawan-kawan dan aku hampir malu, hampir menyalami saudari-saudariku yang bukan muhrim. Aku mengangkat tangan ketika sekjend kebingungan mau memilih siapa yang ingin membacakan takhtim. Acara berjalan lancar dengan panganan alakadarnya. Ketua panitia acara Hari Perkenalan Gerakan Mahasiswa Padang Lawas menunjukku sebagai seksi acara, sebenarnya aku sangat malas dengan hal-hal seperti ini, ini bukan bidangku. Aku tau ini memang amat penting, selain sebagai satu pelajaran, ini juga satu langkah menuju sifat kepeminpinan. Tapi aku tidak menginginkan itu, dan sepertinya ini bukan untukku. Jujur aku malas dengan sesuatu yang mirip pamer, promosi, jadi perhatian, berdiri di depan forum, berbicara ini itu atau dengan kata yang lebih halus jadi pembawa acara dan sejenis ini.
(24 November 2011, Jam 01:22)